Kisah sukses mahasiswi USU, kuliah & merintis bisnis modal semangat
Diposkan: 19 Feb 2015 Dibaca: 11384 kali
Merdeka.com - Seiring perkembangan teknologi, kemunculan ponsel makin tak terbendung. Sejak tahun 2000-an lalu, berbagai model dan merek ponsel hadir, mulai dari yang biasa hingga yang canggih dengan metode layar sentuh.
Mereka yang dulu punya ponsel tentu tak semudah sekarang bila alat komunikasi itu mengalami kerusakan. Dulu, bengkel ponsel tak banyak sebanyak sekarang. Jadi mau tak mau pemilik handphone harus membawanya ke counter resmi.
Rupanya, masalah ini dilihat Alween Ong sebagai peluang bisnis. Dari sinilah awal mimpi besarnya menjadi pengusaha besar dimulai.
Sebenarnya, menjadi wirausaha sudah dimulai Alween dari dagangan kecil-kecil. Mulai dari dagang ikat pinggang, makelar ponsel hingga perantara jual beli kendaraan.
"Lumayan, ada uang saku yang peroleh," kata Alween, dalam buku Rhenald Kasali Wirausaha Muda Mandiri.
Lantas apa yang membuat wanita berjilbab ini banting setir jadi mekanik ponsel yang rusak?
Ceritanya, suatu hari teman Alween pusing karena ponselnya rusak. Sebagai anak muda yang hidup di era modern, rasa hidup tanpa ponsel menjadi masalah besar.
Dari situlah, Alween iseng membantu rekannya itu. Jujur saja, kata Alween, saat itu dirinya tak memiliki keahlian khusus soal utak atik mesin ponsel.
"Saya belajar otodidak saja. Mulai dari membaca buku, melihat teman memperbaiki ponsel hingga utak-atik sendiri. Alhamdulillah, berkat tekad yang kuat, doa dan usaha, saya berhasil memperbaiki ponsel," jelasnya.
Sebagai pemula di kotanya, di Medan, Alween optimis usaha ini akan berkembang seiring dengan tingginya pengguna ponsel di mana. Terlebih, dia punya keyakinan tak setiap orang yang ponselnya rusak langsung ingin mengganti dengan yang baru.
"Ada nilai sentimentilnya, meskipun bisa membeli ponsel baru, banyak orang yang sayang pada ponsel lamanya karena ada sejarah sangat berarti. Dan itu dijadikannya sebagai peluang bisnis," jelas alumni Ilmu Politik, FISIP USU ini.
Benar saja, dari satu, dua kemudian bertambah banyak reparasi ponsel yang dia diterima. Mulai mendapat respons yang baik, wanita yang lahir Januari 1985 itu semakin serius menggarap bisnisnya sambil kuliah.
Dia kemudian mengembangkan usahanya, dengan cara apa?
Dia mulai memikirkan lokasi untuk membuka usahanya. Kebetulan, di kampusnya ada pasar khusus mahasiswa yang dinamakan Pasar USU. Di sanalah dia mulai terima orderan reparasi. Biar matching dengan profesinya, kios kecil itu dinamakan Alween dengan Clinic Handphone.
"Di sana saya menjabat semuanya, mulai dari pemilik outlet, memperbaiki ponsel, menjadi kasir, sampai membuka dan menutup toko," tambahnya.
"Kalau sakit ya tokonya tutup," ucapnya sambil tertawa.
Dengan harga murah yang ditawarkan, dan mendengar testimoni dari pelanggan yang ponselnya sukses Alween perbaiki, pelanggan baru berdatangan. Melihat keuletan Alween, tamu-tamunya menyarankan Alween mengikuti lomba Wirausaha Muda Mandiri pada 2008. Sempat tak pede, akhirnya Alween ikut meski lawannya para pengusaha mentereng dengan jumlah pegawai lumayan mengeruk keuntungan.
Tak sia-sia, dia menang dan mendapatkan hadiah Rp 8 juta. Uang itu dipakainya untuk mengembangkan usaha. Bisik-bisik beredar, Alween memang dinilai juri sebagai wirausaha kreatif karena baru pertama kali ada di Medan jenis bisnis macam itu.
"Saya mulai merekrut beberapa orang untuk menjadi stafnya, usaha juga dikembangkan sebagai tempat pelatihan dan untuk mengenalkan usahanya, saya memanfaatkan Twitter dan Facebook," jelas Alween.
Punya modal sedikit dia terus mengembangkan usahanya. Dia kemudian mengembangkan usaha Digital Printing. Dari situ keuntungan yang didapat semakin menggiurkan. Dari lapak kecil tanpa pendingin udara, Alween membeli gerai di Grand Mal Palladium yang bersebelahan dengan Kantor Gubernur Sumut. Dengan sistem bagi untung, dia menempati gerai itu tanpa bayar sewa.
"Dari situlah pelanggannya dari mana-mana ada Aceh, Pekanbaru sampai ke Malaysia, China dan Singapura juga ada. Dan penghasilan saya menjadi Rp 60 juta per bulan," tambahnya.
Kesuksesan Alween membuat dirinya mendapat banyak penghargaan. Tak lupa kesuksesan dan keuntungan yang dia dapat dibagikan bersama pegawainya. Dia pun mulai menerapkan prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR).
"Karena hobi, segela sesuatu yang dilakukan enak saja, tidak terasa berat. Jika di suatu massa mengalami kegagalan kita merasa tidak hanya sebuah tantangan dan harus dicoba lagi. Karena mencoba lagi satu keasyikan tersendiri," katanya.